Senin, 20 April 2015

TINGKI FILSAFAH KESEHARIAN DAN SINDIRAN

SINDIRAN UNTUK YG TERSINDIR

Tingki merupakan sebuah sigkatan dari puting laki-laki. Kenapa disini perlu dibedakan antara putting laki-laki dan perempuan ?sebab dari segi kegunaan dan kemanfaatannya sanngatlah jauh berbeda. Oleh karena itu dalam hal ini akan lebih banyak mengupas tentang puting  laki-laki.
                Secara fisik tidak jauh berbeda memang antara putting laki-laki dengan putting perempuan namun bila kita mau menelaah lebih jauh, sifat, fungsi,kegunaan daya tarik sangatlah jauh berbeda.  Putig laki-laki dalam bahasa Arab boleh dikatakan wujuduhu ka’adamihi (ada tidaknya, tidak memberikan pengaruh yang berarti secaara manfaat). Putting laki-laki seakan hanyalah sebuah hiasan dada yang hanya menambah rasa percaya diri bila diliahat orang lain. Namun bila seorang laki-laki di dadanya tidak berputing, hanya akan memberikan kesan kurang pantasa saja, sebab bila dilihat dari kemanfaatannya juga tidak ada. Karena kurang bermanfaat inilah akhirnya kaum laki-laki sering berlaku arogan dengan telanjang dada di muka umum. Walau sebenarnya yang ditonjolkan adalah kebidangan dadanya bukan keberadaan ke dua putingnya.
                Mungkin analog seperti TingKi inilah keadaan anggota DPR sekarang ini. Kalau di tiadakan bikin gak pantas sebab bisa disebut Negara kurang demokratis, sedang kalau ada kerjanya juga tidak jelas selain menghabiskan anggaran dari pajak rakyat. Dari system yang diberikan oleh Negara, DPR sebenarnya mempunyai fungsi antara lain pengawasan, pengesahan,  penyerapan aspirasi, penyaluran aspirasi. Namun dari fungsi yang telah diberikan oleh nagara ini tidak dipergunakan dengan baik sebagai lembaga wakil rakyat. Dirinya lebih mengedepankan sebagai wakil dari partai-partai yang saling mempunyai beberapa kepentingan.
banyak perilaku anggota lembaga ini yang arogan dengan menonjol-nonjolkan nama besar partainya atau nama pimpinan sebuah partai atau kepentingan sendiri.  Sedikit pun kepentingan yang berbau rakyat tidak perna tersentu dengan serius.  Hal ini sangat berbeda bila kepentingan tersebut ada dana dan uang yang bisa dipergunakan untuk alasan kegiatannya, pasti dengan giat dan getol akan menyuarakannya. Belum lagi arogansi anggota lembaga ini yang jelas-jelas memuakkan diruang sidang dengan berbagai pola tingkah yang sangat kekanak-kanakan, sebab hanya memperebutkan mainan dan bagiannya yang kurang banyak.
Baru-baru ini yang lagi mendapat sorotan khalayak luas adalah ngototnya anggota DPR untuk membangun gedung baru yang jelas-jelas banyak madharatnya ketimbang manfaatnya. Dengan dana fantastis seperti itu, dan kerjanya tidak menentu,sangatlah membuat risau siapa saja yang mendengarnya. Gedung yang sudah ada saja jarang ditempati dan didatangi, alias banyak mangkkirnya, lha kok malah mau bikin gedung baru yang lebih mewah dan heboh harganya. Bisa dibayangkan mungkin kedepannya gedung baru dengan ruangan mewah fasilitas lengkap, gratis dan sampai rahasia itu. Lha diruang sidang saja bias berselancar didunia porno internet, mungkin orang seperti itu libidonya sudah sangat memuncak ingin orgasme namun mau pulang jauh. Kalau nantinya gedung yang direncanakan sudah jadi , mungkin para anggota dewan ini bisa menyimpan ayam satu-satu diruang kerjanya masing-masing, walau hanya sekedar hiasan atau piaraan.
                Sebenarnya arogansi kebejatan dengan kebejatan anggota lembaga ini, sudah sangat merisaukan masyarakat sebagai pembayar pajak. Namun seperti halnya TingKi, mau dihilangkan tidak bisa namun kalau dibiarkan juga tidak ada manfaatnya. Kalau toh berarti bertelanjang dada itu pun yang di suarakan adalah kepentingan lembaganya, bukan kepentingan rakyat sekitar lembaga  tersebut berada atau rakyat pada umumnya. Sudah tidak bisa dihitung dengan jari lagi, jumlah angota lembaga ini masuk bui sebab korupsi berjamaah. Kalau korupsi secara berjamaah seperti ini jelas sudah direncanakan dengan matang dan masak, alias dilakukan dengan sadar  bahwa uang rakyat tersebut mau dimaling, setelah pension jadi anggota lembaga ini. Dirinya takkan bisa makan lagi setelah tidak menjadi anggota dewan. Kalau memang hal ini terjadi (korupsi berjamaah) maka yang pantas disandangnya adalah sebagai ANGGOTA HEWAN bukan lagi ANGGOTA DEWAN…..